18.6.12

Perjudian

- tentang kemungkinan di ujung jalan

Saya mendengar kabar itu dari siaran radio. Seorang SMA dikisahkan mengakhiri hidup di dapur rumahnya dengan cara yang boleh dibilang tragis: gantung diri. Diceritakan, sepucuk surat ia tinggalkan. Konon perceraian orangtua telah membuatnya stres hingga ia nekat mengambil tindakan itu.

Bagi kita yang masih hidup, mungkin akan menganggap itu keputusan bodoh. Atau bagi yang beriman, bunuh diri adalah semacam tanda kufur. Tapi kalau mau jujur, kita tak pernah betul-betul tahu: apakah melanjutkan hidup adalah pilihan terbaik, terutama ketika semua serasa terlampau muskil. Lagipula, kita juga tak bisa menanyai mereka yang sudah mati. Pada titik ini, anggapan atas tindakan bunuh diri kebanyakan cuma sampai pada keyakinan pribadi. Tak lebih.

Saya bilang ia sedang bermain dadu, mencoba kemungkinan-kemungkinan. Memang tak pasti, namun adakah yang sempurna pasti jika selalu saja ada anomali? Barangkali begitu.

Hidup pada akhirnya laksana perjudian. Tapi bukan untuk mencari kalah dan menang, seperti yang Suminto A. Sayuti lukiskan dalam petikan puisi Syair Perjudian.

kalaulah hidup adalah perjudian
jangan pikir arti kalah dan menang
kita butuh bertahan hingga malam larut
dan fajar mencapai tepian tanpa luput

Kalaulah hidup adalah perjudian. Jika memang hidup dan kehidupan adalah tempat ketidakpastian. Jangan pikir arti kalah dan menang. Jangan berpikir kita akan dapat kesenangan atau kebalikan, sebab semua itu tak ubahnya bunga rampai kehidupan. Kita butuh bertahan hingga larut, dan fajar mencapai tepian tanpa luput. Kita hanya perlu menjalani hidup hingga ajal menjemput.

Tak perlu takut. []

0 komentar :

Diam adalah mahaguru semenjak mula zaman
Diberdayakan oleh Blogger