18.1.12

Menyusuri Jejak-Jejak Pemikiran

- takhayul membakar dunia, filsafat memadamkannya (Voltaire)

Setiap sesuatu mengandung sejarah. Dan teks, barangkali, adalah media terbaik untuk mengabadikannya. Ya, teks yang dimaksud bisa saja berupa naskah, buku, atau prasasti. Bisa dalam bentuk prosa, puisi, cerpen, esai, diari, dll.

Demikian halnya filsafat, ibu kandung semua ilmu ini punya kisah sendiri.

Adalah Bryan Magee, seorang profesor lulusan Oxford University, yang coba menceritakannya kepada khalayak. Lewat sebuah buku, The Story of Philosophy (edisi Indonesia diterbitkan Penerbit Kanisius Yogyakarta), Bryan Magee mengajak pembaca berpetualang ke alam filsafat. Jejak-jejak pemikiran selama 2500 tahun, mulai era Thales hingga Karl Popper, diulas secara menarik dan enak dibaca. Diksi yang sederhana, lugas, dengan disertai gambar ilustratif, menjadikannya sejenis ensiklopedia filsafat paling bagus.

Selain itu, siapapun yang tertarik pada topik isme, macam rasionalisme, materialisme, liberalisme, sosialisme, dan isme-isme lain, buku ini dapat dijadikan pengantar sebelum menyelami karya tiap filosof.

Topik-topik penting juga akan disuguhkan kepada pembaca, semisal eksistensi Tuhan, relasi Kristianitas dengan filsafat, sains, Marxisme, demokrasi sampai ucapan filsuf yang seringkali mengundang tanya; segalanya menjadi, tak ada yang ada secara tetap (Plato), agama adalah candu (Marx), Tuhan sudah mati (Nietzsche), dst.

Pengantar filsafat yang komprehensif. Begitulah. Saya rasa, pujian ini tak berlebihan untuk buku seharga 300 ribuan tersebut.

Tapi, The Story of Philosophy sesungguhnya adalah The Story of (Western) Philosophy. Pasalnya, dalam buku ini, hampir seluruh isinya mengkaji filsafat Barat. Filsafat Timur cuma dibahas sekadarnya, itupun dalam konteks hubungannya dengan dunia Barat (lihat bab Abad Keemasan Filsafat Jerman, sub bab Antara Timur dan Barat, halaman 146). Tak ada Al Ghazali, Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Tufail, Mao Zedong, dll.

Lepas dari itu semua, membaca buku tersebut menjadikan kita tahu: produk rasio manusia (baca: pemikiran) sebenarnya tidak serta timbul, tapi -meminjam terminologi Hegel- selalu berdialektika dan dipengaruhi semangat zaman (zeitgeist).

Lalu, suatu waktu Descartes berkata, "Aku berpikir, maka aku ada.". Sepertinya, dia benar. Mungkin, jalan pertama untuk itu adalah membaca. []

_____
Informasi perihal buku ini dapat ditelusuri lewat Google Books

0 komentar :

Diam adalah mahaguru semenjak mula zaman
Diberdayakan oleh Blogger